kasus LP Cebongan Yogyakarta
Dalam sebulan ini semua media dan masyarakat benar-benar
dihebohkan oleh terjadi peristiwa penyerangan yang dilakukan sejumlah orang
terhadap beberapa tahanan di LP Cebongan Yogyakarta yang mengakibatkan
terbunuhnya beberapa orang secara brutal.
Setelah masyarakat dibuat bingung oleh polemic tentang siapa
pelakunya, akhirnya tim penyidik TNI mengeluarkan hasil investigasinya, kasus penyerangan
terhadap tahanan di LP Cebongan Yogyakarta benar dilakukan oleh sejumlah oknum anggota
kopassus.
Tulisan ini dibuat bukan untuk memojokkan atau pun mencerca
satu pihak dan mengangkat atau membanggakan kelompok lain. Tinjauan ini hanya
mencoba melihat sebuah sisi yang sudah lama menjadi persoalan bangsa, masalah
kita bersama.
Aparat dan Sindikat
Dari beberapa analisa dan rangkaian peristiwa yang
mengawalinya, sebagian mencoba menyimpulkan bahwa dalam peristiwa ini terlibat
dua kelompok yaitu preman dan aparat (TNI – POLRI). Diawali dengan terjadinya
pertengkaran di sebuah tempat hiburan (kafe) antara oknum TNI dan keamanan
(preman) yang menguasai wilayah kafe tersebut yang akhirnya melibatkan oknum
petinggi POLRI yang menjadi pelindung (membekingi) kelompok preman tersebut. Bahkan
ada yang mencoba menganalisa lebih jauh dengan menyebut bahwa akar peristiwa
ini adalah sebuah persaingan kelompok sindikat (kartel) narkoba yang menguasai
wilayah Jogja.
Terlepas benar tidaknya analisa yang tersebar di media,
peristiwa perkelahian di tempat hiburan yang melibatkan oknum aparat sudah
sangat sering terjadi. Sebagai manusia tentu saja kita tidak mungkin melarang
siapa pun, termasuk aparat, untuk santai dan mencari hiburan. Tapi seringnya
perkelahian yang melibatkan aparat tentu saja meresahkan dan
menjadi sebuah
tanda tanya bagi kita.
TNI vs POLRI
Perkelahian di tempat hiburan Hugo’s CafĂ© yang berlanjut
dengan terjadinya kasus LP Cebongan hanyalah satu dari deretan cerita terjadi
perselisihan antara TNI dan POLRI. Peristiwa seperti ini sudah sangat sering
terjadi di berbagai daerah, bukan hanya di lokasi hiburan malam, bahkan sudah sering
terjadi peristiwa penyerangan markas antar kedua satuan tersebut, yang paling
sering terjadi adalah di daerah Binjai, Sumatera Utara.
Terlalu banyak analisa berkembang untuk mengurai apa
penyebab sebenarnya, persaingan kepentingan, rasa setia kawan, kecemburuan,
rasa lebih elit dan kuat, arogansi, dan masih banyak lainnya.
Aparat Milik Rakyat
Tentu kita semua patut resah dan sangat menyayangkan keadaan
ini. Karena keduanya, baik TNI dan POLRI adalah milik rakyat, sudah seharusnya
aparat lah yang berada di baris terdepan untuk member keamanan dan kenyaman
bukan sebaliknya, justru membuat resah masyarakat. Apalagi jika dalam
kasus-kasus tersebut mereka menggunakan fasilitas dan senjata yang notabene
dibeli menggunakan uang rakyat tetapi justru bukan untuk menghadapi musuh dari
luar melainkan untuk menghadapi sesama bangsa sendiri.
Dari pihak petinggi semua kesatuan sudah semestinya terus
saling berkomunikasi antar satuan yang ada sekaligus terus membina anggota
satuan masing-masing sehingga kasus-kasus seperti ini bias dikurangi bahkan
dihilangkan.
Aparat Juga Manusia
Ya, aparat juga manusia yang secara pribadi bisa lupa atau
bersalah, tapi sebagai sebuah kesatuan yang terlatih dan terorganisasi dengan
baik, tentu kita semua menyanyangkan terjadi peristiwa-peristiwa seperti ini,
pembinaan mental yang kurang? Atau kurang ketatnya pengawasan dan aturan?
Mari kita perhatikan di masjid-masjid saat sholat jumat,
banyak kita jumpai aparat dengan pakaian kesatuannya masing-masing turut khusu
beribadah.
Dengan pembinaan yang hebat dan terus menerus kita semua berharap
akan semakin banyak aparat-aparat ‘hijau’ yang berwajah teduh dan tidak lagi
menakutkan.
Semoga :)
*gambar/foto diambil dari berbagai sumber menggunakan mesin pencarian google image
Tidak ada komentar:
Posting Komentar