Translate this blog

Tampilkan postingan dengan label puisi anak negeri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label puisi anak negeri. Tampilkan semua postingan

Jumat

Hai, Kamu ! Oleh : W.S. Rendra


Luka-luka di dalam lembaga,
intaian keangkuhan kekerdilan jiwa,
noda di dalam pergaulan antar manusia,
duduk di dalam kemacetan angan-angan.
Aku berontak dengan memandang cakrawala.

Jari-jari waktu menggamitku.
Aku menyimak kepada arus kali.
Lagu margasatwa agak mereda.
Indahnya ketenangan turun ke hatiku.
Lepas sudah himpitan-himpitan yang mengekangku.

Jakarta, 29 Pebruari 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi

Rabu

YANG TERLUPAKAN (Puisi Anak Negeri)

puisi

Langkahku sudah letih…
suaraku meredup...
Air mataku sudah cukup menyuburkan
Pohon-pohon kokoh di negeri ini…
namun pelukan untuk anakku
masih hangat dan menenangkannya…

Penderitaan seakan
menjadi sahabat tebaik dalam hidup
tersenyum pun aku tak mampu lagi
sisa senyum yang masih tersimpan
hanya mampu ku ukir utk buah hatiku
agar jadi kekuatan baginya….

Bukannya aku bagian dari Negara ini??
Bukannya aku adalah salah satu anakmu??
Namun mengapa aku seakan terlupakan??
Nama kaumku selalu dipakai untuk meraut keuntungan bagimu..
Kau menyimpan harapan kosong dlm hatiku
saat nama kaumku kau zebut dgn alasan “memperjuangkan”
Memperjuangkan apa????
Memperjuangkan dompetmu??
Memperjuangka perut anak istrimu??
Lalu siapa peduli tangisanku di tanah kandung ibuku sendiri???
Kau membuat aku takut akan takdirku sendiri.

(oleh Meggy Kahlasi)

*sumber: lokerpuisi.web.id