Translate this blog

Rabu

Memilih, Dipilih, dan INGIN dipilih

pemimpin politik


Mufakat dan Suara Terbanyak


Tidak bisa dipungkiri bahwa cara mufakat, secara aklamasi bersama-sama memilih atau menunjuk seseorang untuk menjadi pemimpin bagi kita, adalah cara yang paling ideal dalam memilih seorang pemimpin. Tapi kemudian beberapa faktor menjadi penyebab sulitnya untuk bisa sepakat memilih seorang pemimpin:
  • luasnya wilayah. Akibat luasnya wilayah dan banyaknya penduduk, sehingga tidak memungkinkan lagi diadakan sebuah pertemuan bersama untuk secara sepakat memilih seorang pemimpin.
  • banyaknya kelompok, golongan, yang masing-masing menginginkan wakil dari pihaknya lah yang menjadi pemimpin. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh sebuah rasa lebih tinggi, lebih banyak, lebih mulia, lebih baik, atau adanya sebuah ketakutan hak-hak mereka akan terabaikan jika yang menjadi pemimpin berasal dari kelompok lain.
  • sistem yang dianut, ideolagi yang dipakai.
  • ambisi pribadi, banyaknya orang yang merasa dirinya pemimpin dan ingin menjadi pimpinan.

 

 Dipilih atau INGIN dipilih


menjadi pemimpin adalah sebuah tugas yang maha berat dan penuh tanggung jawab, namun ambisi pribadi menyebabkan timbulnya keinginan seseorang untuk menjadi pemimpin:
  • kemuliaan, rasa bangga jika dianggap sebagai tokoh atau pemimpin
  • materi, menjadi pemimpin atau pejabat dengan tujuan untuk memperoleh fasilitas, gaji, kontrol dan akses luas kepada hal-hal yang bisa mendatangkan penghasilan atau kekayaan.

 

Sportifitas Memilih dan Dipilih


terlepas bagaimana sebuah proses pemilihan seorang pemimpin diputuskan, baik secara mufakat atau suara terbanyak, yang terpenting adalah adanya sebuah sikap sportif, kesatria, dan tanggung jawab.
Bagi kita yang memilih, siapa pun yang terpilih menjadi pemimpin maka yang harus kita lakukan adalah mendukung pemimpin terpilih dengan tetap mengontrol secara sehat jalannya proses kehidupan kebangsaan selanjutnya, perbuatan atau keputusan yang benar harus didukung, yang salah harus dibenarkan, yang melenceng harus diingatkan.

sebaliknya bagi yang terpilih, harus sadar bahwa menjadi pemimpin adalah sebuah amanah, sebuah tanggung jawab, tidak menjadi lupa diri, harus bersikap adil, tidak aniaya dan zalim, mengayomi dan memenuhi semua yang dipimpinnya dari semua kaum dan golongan, tidak perduli apakah yang dipimpin itu awalnya adalah pendukung dirinya atau orang lain, karena ia telah diputuskan menjadi pemimpin bagi semua golongan, bukan hanya pemimpin dari kelompoknya semata.

kerjasama, pemimpin, politik

dengan kesadaran seperti ini maka kehidupan berbangsa akan berjalan aman dan damai, semua hak-hak rakyat bisa terjamin, tidak ada yang merasa lebih mulia, tidak ada yang dianaktirikan dan dizalimi. semua akan berjalan pada koridor hak dan kewajiban yang semestinya. wallahu alam.

Tidak ada komentar: